waha Oase AzfaazfA

Suatu siang dikantorku, telpon berdering, kring-kring!!
Langsung diangkat oleh bosku, Mustafa Tahhan, seorang penulis yang cukup produktif, sampai saat ini buku-buku karangannya yang sudah terbit sekitar 44 judul buku, sebagain sudah ada yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia, yang paling banyak dikenal mungkin yang diterbitkan oleh Thullaby…"Risalah Pergerakan Pemuda Islam".

"Halo, assalamu'alaikum.. selamat siang!"
Mulailah terjadi percakapan antara bosku dan penelpon.
Dari jawaban-jawaban bosku, aku mengira penelepon adalah seseorang yang sedang mengadakan survey tentang radio dan televisi.
Di Kuwait tarif telepon/fax termasuk murah, dan bayarnya setahun sekali, jadi tidak terasa beban, di mana-mana kita bisa saja pinjam telepon dan tanpa merasa terbebani pemilik akan meminjami kita, bahkan kalau di airport disediakan telepon gratis.
Hal ini banyak dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis, tawaran-tawaran dan iklan banyak yang dilakukan melalui telepon atau fax, kalau pagi-pagi datang ke kantor maka dimesin fax pasti ada saja fax-fax komersial.

"Saya biasanya mendengarkan radio jam 6-7 pagi juga dan 3 siang di mobil, kalau tivi biasanya jam 4 sore dan jam delapan malam".
"Saya cuma mendengarkan dan melihat berita-berita saja, juga radio qur'an".

Bosku mulai memberikan jawaban, sampai disini semuanya masih biasa saja, tapi percakapan berikut yang membuatku tertegun.

"Yang kalian lakukan cukup bagus, tapi bisa lebih banyak berguna lagi dengan hal-hal lainnya".
"Engkau orang Mesir khan? Siapa namamu?"
"Ghadah?... Ghadah bukan seperti nama mesir, tapi seperti nama orang Lebanon". (sambil tersenyum, Bosku aslinya dari Lebanon).
"Kamu tahu gak, kalau sekarang perempuan-perempuan muda Mesir telah membuat khawatir Israel?".
"Sebuah surat kabar Israel menyatakan bahwa pemerintah Israel sangat takut dengan yang terjadi akhir-akhir ini di Mesir, yaitu bertambahnya jumlah pemudi-pemudi yang mulai memakai jilbab, juga banyaknya pemuda-pemuda yang kembali rajin sholat jama'ah di masjid".
"Kamu belum dengar berita ini?.. kamu punya alamat email? atau telephone?, nanti saya kirimkan beritanya".

Beliau menjawab sambil menuliskan nomer telepon dan alamat email pada secarik kertas.

"Keluargamu tinggal disini juga?"
"Kamu sholat apa tidak? Suami kamu juga sholat?"
"Alamat kamu dimana?"
Sambil menuliskan sebuah alamat beliau berkata, "Nanti kalau kamu mau aku akan kirim beberapa buku karanganku yang bisa bermanfaat bagimu".

"Oh iya, tentang pertanyaan yang tadi, aku biasanya mendengarkan berita radio jam 6-7 pagi, juga berita BBC jam 3 siang, jam 4 sore dan jam 8 biasa nonton berita di televise, kadang-kadang Al-Jazeerah, LBC pokoknya yang ada berita bagus".

Kembali bosku mengingatkan tentang survey sebelum menutup telepon.

Sebuah pelajaran yang berharga bagiku, pelajaran tentang arti dakwah. Dimanapun, kapanpun, dalam kesempatan apapun, dengan siapapun kita bisa berdakwah.
Dakwah… sebuah kata yang sangat global, tapi kadang-kadang oleh sebagain orang artinya disempitkan, atau tanpa disadari mengartikan kata dakwah dengan makna yang mengekangnya.
Sebagian hanya mengartikan dengan ceramah-ceramah keagamaan, atau ajakan untuk rajin sholat, dzikir, memakai jilbab atau bahkan ajakan untuk membiarkan jenggot dan mencukur kumis, atau harus keluar dari rumah beberapa hari dan yang sejenisnya.

Semua hal diatas jelas adalah dakwah, tapi dakwah bukan semua itu.
Dakwah sangat lebih luas dari hanya sekedar hal-hal diatas.
Tidak mesti kita bercaramah, bahkan kadang-kadang tidak mesti kita mengajak, dengan contoh kita, akhlaq dan perilaku baik kita bisa saja kita diartikan telah berdakwah dan mendapat pahalanya.
Bukankah Rasulullah telah bersabda: "Barang siapa yang memulai suatu perbuatan baik, maka baginya pahalanya dan pahala orang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya"
Dalam hadits lainnya: "Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan maka baginya pahalanya dan pahala orang yang melakukannya tanpa dikurangi sedikit pun dari pahalanya".

Artinya, ketika kita tidak berusaha mengajak atau menyuruh orang, tetapi dengan akhlak dan perilaku kita menunjukkan suatu perbuatan baik, cara bicara kita santun, kita menjaga kebersihan kantor, membuang sampah pada tempatnya, datang tepat waktu, mengerjakan tugas dengan baik, kemudian orang yang melihat kita simpatik dan meniru perbuatan kita, maka selain mendapatkan pahala sendiri, kita juga akan diberi pahala orang yang meniru kita, sedang pahala orang yang meniru kita itu tidak dikurangi sedikit pun.

Sedangkan ketika kita mengajak atau menyeru, topik ajakan kita pun tidak hanya terbatas pada materi-materi yang kental keagamaannya, tapi semua kebaikan, ajakan untuk nonton berita di tv pun bisa jadi sebuah dakwah (daripada nonton acara-acara yang kurang manfaatnya seperti sinetron atau nyanyi-nyanyian dan acara-acara hiburan belaka).

Dan objek dakwah pun ketika mengajak sangat banyak, yang lebih utama tentunya memang keluarga kita "Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka", tapi diluar mereka berapa banyak orang yang ada dalam kehidupan kita.
Penumpang yang duduk disebelah kita di bus, tukang bakso langganan kita, para pelanggan warung makan siang kita, satpam kantor kita dan semua yang kita temui dan kita bergaul dengan mereka.

Jadi… mulailah kita meluruskan sikap, dan siap-siaplah mendapatkan pahala gratis dari orang-orang yang simpatik dan meniru kita, walaupun kita tidak mengajaknya.