Setelah setahun kurang satu hari Negara Indonesia tidak mempunyai Duta Besar di Kuwait dan Bahrain, tadi malam 15 Desember 2006, telah diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia di Kuwait Bapak Prof. Dr. H. Faisal Ismail M.A. sebagai seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Negara Indonesia penuh pada pemerintah Kuwait dan Bahrain.
Bapak Faisal sebelumnya menjabat sebagai Dirjen Depag Indonesia.
Bapak Faisal sebenarnya telah berada di Kuwait kira-kira 3 mingguan, tapi karena urusan administrasi dan lain-lainnya yang belum selesai sehingga baru bisa memperkenalkan diri kepada masyarakat tadi malam.
Sebelumnya selama kurang lebih 1 tahun kekosongan jabatan Dubes, tugas-tugas kedutaan diambil alih oleh Bapak Sudirman Haseng sebagai Pejabat Sementara.
Acara Perkenalan bapak duta baru tadi malam juga sebagai acara pelepasan bapak Sudirman Haseng, karena beliau telah mendapatkan tugas baru sebagai Direktur Afrika di Jakarta.
Terima kasih kepada bapak Sudirman dan semoga bisa menjalankan tugas-tugas yang baru dengan baik.
Selamat datang Bapak Faisal, semoga bisa menjadi Duta bangsa yang sukses membawa nama Indonesia khususnya di Kuwait dan Bahrain.
....
By the way...
Sebenarnya bukan tahun kemarin saja selama setahun warga Indonesia tidak punya Duta Besar, sebelumnya antara tahun 2001-2002 jabatan Dubes di Kuwait juga kosong, sebelumnya juga sempat kosong sekitar satu tahunan. Biasanya kekosongan ini disebabkan karena habisnya masa jabatan Duta Besar sebelumnya atau karena telah mendapatkan tugas baru, sedangkan penggantinya belum siap.
Tidak tahu dengan duta Indonesia dinegara lainnya, apakah mengalami hal yang sama setiap kali pergantian Duta Besar atau hanya Kuwait dan Bahrain saja.
Kalau disetiap negara terjadi seperti hal itu dan sampai berlanjut satu tahun atau lebih... berarti ada ketidakberesan yang besar pada pemerintah kita di Jakarta...
Tapi kalau hal itu hanya terjadi di Kuwait saja... berarti...sebuah tanda tanya besar (KENAPA???)
Saya rasa saya tidak perlu minta ijin kepada siapa saja untuk mengemukakan pendapat saya sebagai warga negara Indonesia di Kuwait yang lumayan lama hidup di sini sejak tahun 1993 saya menginjakkan kaki di negara petrol ini.
Dan saya rasa pendapat saya mungkin juga bukan hanya pendapat pribadi diri saya saja, karena sebelumnya sejak 4-5 tahunan yang lalu, saya juga pernah berdiskusi dengan beberapa teman sekolega (pelajar dan mahasiswa Indonesia di Kuwait) tentang pendapat ini dan banyak yang sependapat dengan saya. Meskipun saya juga tidak mengatasnamakan pendapat saya ini sebagai pendapat PPI (Persatuan Pelajar Indonesia di Kuwait) (saya sekarang bukan anggota reguler PPI), ini memang pendapat pribadi saya (uneg-uneg) yang tidak tahu mau disampaikan kemana, ,, ya sudah ditumpahkan di alam maya ini saja...
Saya merasa bahwa pemerintah di Jakarta memandang hubungan dengan negara Kuwait bukanlah sesuatu yang sangat penting, mungkin dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Mungkin pemerintah hanya memandang sebelah mata saja??? Mungkin karena kuwait hanya negara kecil yang penduduknya tidak sampai satu juga?? atau karena letak kuwait yang ada di timur tengah, atau karena urusan dengan Kuwait biasanya hanya menyangkut TKI dan TKW saja... atau sebab lainnya, atau juga tidak seperti yang saya rasa...???
Yang pertama seperti saya ceritakan diatas... lambatnya kinerja pemerintah dalam pergantian Duta Besar, meskipun setiap kali jabatan Duta kosong pasti ada salah satu pejabat diplomat yang penjadi Pejabat Ad Interim, dan tetap dengan hormat kepada
siapa saja pejabat yang menggantikan Dubes sebelumnya, dan juga ketidak raguan saya bahwa pejabat yang mengganti tidak kurang tanggung jawabnya dengan Dubes dan kepemimpinannya juga tidak tidak kurang dari bapak dubes... tapi tetap ada yang mengganjal dan kurang sreg, bila belum ada pak dubes...
Hal itu saya rasakan dari beberapa pertanyaan masyarakat yang kadang-kadang jawabannya lumayan singkat...
"Kita tunggu pak Dubes, Karena sekarang belum ada pak dubes... dan sejenisnya...!!
Selanjutnya... Saya juga merasakan kelambanan pemerintah dalm mensikapi beberapa masalah yang dihadapi warga negara Indonesia di Kuwait, masalah yang akhir-akhir ini juga masih belum jelas penyelesaiannya yaitu tentang surat rekomendasi depnaker bagi
TKI yag cuti ke Indonesia dan akan kembali agi ke Kuwait... kemudian juga masalah-masalah TKW dan TKI lainya di Kuwait.
Kemudian... sejak tahun 1993 saya tinggal disini, rasanya sedikit sekali even-even yang diadakan oleh pemerintah Indonesia untuk menarik minat investasi dari Kuwait ke Indonesia, seperti misalnya pameran, atau kunjungan dagang dan sejenisnya. Ada memang pameran dan kunjungan pemerintah, tapi saya rasa masih kurang memadai.
Yang terakhir... (mungkin masih ada yang lainnya yang saya rasakan,,, tapi gak tahu gimana ngungkapinnya.:(:()
Sepanjang hidup saya di Kuwait ini, dan pergantian Dubes serta pejabat sementara, entah 4 atau lima saya juga lupa... rasanya baru satu orang dubes yang bisa berbahasa Arab, bahasa resmi pemerintahan Kuwait.
Bukan berarti saya mengecilkan arti bapak-bapak Dubes yang tidak berbahasa Arab... Tentunya ada banyak aspek lainnya selain bahasa yang mendukung mereka menjadi Duta Besar di Negara Arab... tetapi saya rasa bahwa bahasa menjadi salah satu alat yang
sangat vital dalam diplomasi, karenanya yang bisa berkomunikasi dengan satu bahasa tentunya mempunyai nilai lebih dibandingkan yang berkomunikasi dengan perantara atau penterjemah. Bisa jadi komunikasi menjadi kurang sedap karena perbedaan bahasa ini, atau bisa jadi malah terjadi salah faham...
Bahasa juga menjadi salah satu komponen penting dalam kultur sebuah masyarakat... Kultur masyarakat kemudian menjadi salah satu komponen yang penting juga dalam proses diplomasi, karena keputusan-keputusan pemerintah (dalam hal ini Kuwait) banyak juga yang diputuskan berdasarkan salah satunya kesesuaian dengan kultur mereka, kita yang kurang bisa memahami kultur tersebut karena memang ulturnya berbeda, mungin akan sangat heran dengan keputusan-keutusan atau peraturan-peraturan pemerintah kuwait.
Dan sekali lagi bahasa menjadi komponen yang sangat penting dalam mempelajari sebuah kultur masyarakat, rasanya tidak lengkap bila pengetahuan kita tentang suatu negara atau kultur tertentu hanya kita dapatkan dari referensi-referensi yag tidak asli
dari native speaker kultur tersebut.
Dan mungkin ini juga yang sering terjadi pada para orientaisme atau orang-orang yang belajar Islam tidak melalui sumber-sumber yang berbahasa Arab (referensi Islam yang banyak tentunya berbahasa Aab), karena mereka hanyak melihat dari kacamata luar Islam, hanya melihat hasilnya saja tanpa melihat kultur yag melatar belakangi hasil tersebut.
Begitu juga kalau kita melihat Kuwait dengan kacamata Indonesia saja tanpa memahami kultur mereka maka akan sangat banyak keanehan-keanehan dan kejanggalan-kejanggalan yang mungkin bisa meggangu hubungan kita dengan masyarakat kuwait.
Semua yang diatas hanyalah uneg-uneg yag kaau tidak ditumpahkan malah akan jadi penyakit bagi saya... hehehe...
Boleh setuju boleh juga tidak...
Mungkin semua diatas ahanya berdasarkan perasaan saya saja... sedagkan kebenarannya hanya Allah yang tahu...
Akhirnya saya berharap semoga denganhadirnya bapak Dubes kita yang baru ini, bisa mengemban tugas dengan baik, dan juga bisa melaksanakan pesan bapak Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada pelantikan Dubes-Dubes baru diantaranya Bapak Faisal Ismail yaitu:
Kepada para Dubes yang baru saja dilantik, Presiden SBY memberikan lima pesan khusus. “Pertama, aktif dan teruslah berjuang membuka pasar bagi produk-produk Indonesia. Ciptakanlah peluang itu untuk meningkatkan ekspor produk-produk Indonesia,” ujar Presiden SBY. Kedua, sejalan dengan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, undang para investor untuk datang ke Indonesia.
Ketiga, promosikan pariwisata Indonesia lebih aktif lagi. Keempat, sukseskan komitmen Indonesia dalam ikut memperjuangkan perdamaian dan keamanan dunia sebagaimana yang diamanahkan UUD 1945. Kelima, bangun dan luruskan citra Indonesia di mata dunia.(http://www.humasdepag.or.id/berita_isi.php?id=1183)
NB: Beberapa permasalahan yag dihadapi oleh banyak TKW kita diKuwait yang disebabkan perbedaan kultur ini insyaAlah akan saya tulis dalam postingan berikut bi'idznillah.
Label: aktifitas, cerita abi
0 komentar:
Posting Komentar