waha Oase AzfaazfA

Kemarin pagi (sabtu 20/10/2007) kalau di rumah Kudus dan Demak, pasti lagi pada makan-makan ketupat, karena hari itu adalah tepat seminggu setelah Idul Fithri yang biasanya disebut dengan bodo kupat (hari raya ketupat), meskipun ibu sudah masak ketupat sendiri, tapi biasanya juga dapet kiriman ketupat dan lauknya dari bulek Is atau budhe Pah, karena salah satu tradisi pada bodo kupat yaitu saling menghantarkan ketupat ke rumah tetangga dan saudara. Semua baru makan dan buat ketupat pada hari itu, sedang dari hari pertama Bulan Syawal (Iedul Fithri) sampai hari keenam, belum pada makan ketupat, pada sore hari ketujuh lebaran atau hari kedelapan, baru pada makan ketupat.

Perayaan Bodo Kupat seminggu setelah lebaran fithri ini biasanya dilakukan penduduk Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama kota-kota di pesisir utara Jateng dan Jatim, kalaupun dirayakan juga di beberapa kota non pesisir, biasanya adalah kota-kota yang konon pernah disinggahi atau dilewati para Wali Songo. Sedangkan di kota-kota lainnya biasanya ketupat sudah dihidangkan sejak hari pertama lebaran.

Nama bodo kupat (ketupat), ataupun sejarah dan asal-usul perayaannya yang dilakukan hari ke-tujuh atau delapan lebaran, belum pernah saya dengar kesepakatan tentangnya, yang saya dengar mereka hanya pada bilang, katanya, atau konon begini dan begitu… entah kalau ada literatur dan sumber sejarah yang menerangkan hal tersebut, mudah-mudahan ada yang kasih tahu saya.

Konon yang pertama kali memperkenalkan budaya bodo kupat adalah para sunan wali songo (wali sembilan), sebab mereka setelah berpuasa ramadhan selama sebulan dan berbuka sehari pada Iedul Fithri (lebaran hari pertama), maka mulai hari kedua lebaran sampai hari ketujuh biasanya menyambung puasa lagi selama 6 hari, yaitu puasa 6 hari syawal yang hukumnya sunah, baru kemudian sore hari ketujuh dan hari kedelapan berbuka seperti hari-hari lainnya dalam setahun.

Kemudian diantara wejangan dan nasehat wali-wali tersebut, bahwa barang siapa yang berpuasa Ramadhan selama sebulan kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari pada bulan Syawal maka akan mendapatkan keselamat dunia akhirat, atau keselamatan yang sempurna, atau dalam bahasa arabnya Salamatan Kaaffatan. Kata bahasa arab inilah (salamatan kaaffatan) yang ketika diadopsi oleh telinga orang jawa maka berubah pengucapannya menjadi Selamatan Kupatan, sehingga nama lain dari bodo kupan adalah selamatan kupat.

Sedangkan kata bodo, asalnya yaitu dari bakda yang lengkapnya bakda syawal atau setelah syawal, karena dirayakan seminggu setelah satu syawal. Kemudian kata bakda syawal dan salamatan kaaffatan ini adaptasi menjadi bakda kaaffatan, kemudian menjadi bakdo kupatan, kemudian menjadi bodo kupat.
Kata bodo inilah yang kemudian diadaptasi dalam bahasa Indonesia menjadi Lebaran, yang aslinya dari kata lebar atau bar yang dalam bahasa jawa berarti sesudah atau selesai, sama dengan arti bodo yang aslinya bakda (sesudah) dan bakdo.

Kata yang lainnya, konon kata kupat berasal kependekan frasa "nyukupke kang papat" (melengkapi empat hal), atau dari frasa "laku kang papat" (melakukan empat hal), empat hal yang dimaksud yaitu, puasa ramadhan selama sebulan, kemudian membayar zakat fitri, sholat Ied dan yang terakhir puasa enam hari pada bulan syawal.
Sedangkan yang lain mengatakan asli kata bodo berasal dari frasa "ngaku lepat" atau "a kulepat' yang berarti mengakui kesalahan dan kekeliruan, hal inilah yang kemudian mendasari tradisi saling memaafkan dan silaturrahim pada waktu Idul Fithri.

Penamaan bodo kupat sendiri pun berbeda-beda dari daerah satu ke daerah lainnya, selain dinamakan bodo kupat atau bakdo kupat dan bakda kupat, ada yang menyebut bakdo syawal, bakda syawal atau cukup menyebutnya syawalan.

Terlepas dari benar tidaknya konon-konon diatas, dan terlepas dari bermacam-macamnya penamaan bodo kupat, ada beberapa point diatas yang hampir tidak ada perselisihan dan perbedaan yaitu, puasa enam hari bulan syawal dan saing memaafkan serta silaturrahim.

Puasa 6 hari pada bulan Syawal hukumnya sunah, tidak wajib, tapi bila digabungkan dengan puasa ramadhan maka akan memberikan pahala setahun puasa bagi yang melaksanakannya. Abu ayyub Al Anshari meriwayatkan, Rasulullah bersabda: Barangsiapa berpuasa enuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan uasa enam hari di bulan syawal, maka pahaanya seperti ia berasa selama satu tahun. HR.Muslim.

Filosofinya, bahwa puasa sebulan ramadhan setiap hari diberikan pahala seuluh kali lipat, atau sama dengan puasa 300 hari, da puasa 6 hari syawal juga setiap harinya diganjar sepuluh kali lipatnya aau sam dengan 60 hari. Jadi 300 ambah 60 enjadi 360 hari, seperti jumlah hari dalam setahun qamariah atau tahun Hijriah 360 hari.
Tidak ada riwayat tenang keafdolannya dilaksanakan mulai taggal 2 sampai tanggal 7 dan harus berurutan, tapi yang penting selama bulan syawal, sedangkan yang melaksanakannya dengan cepat yaitu mulai tangal dua syawal akan dapat kelebihan bahwa dia bermusara’ah dalam kebaikan atau berlomba-lomba dan cepat-cepat melakukan kebaikan tanpa menunda-nunda.

Mari kita lengkapi puasa ramadhan dengan puasa 6 hai syawal bagi yang belum.

*****

Bodo kupat di Kuwait tahun ini bertepatan dengan hari Jum’at karena kita berlebaran juga hari jum’at sebelunya.
Jum’at kemarin alhamdulillah kita bisa makan ketupat asli dari daun kelapa muda, bukan lontong plastik hehehe… karena kita bersilaturrahim ke rumahnya bapak Bambang Heru yang mendatangkan janur (daun kelapa muda) dari Indonesia. Dan ber-Fandar (fanta darat, soale gak ada kopi hehehe) dengan Bunda Adit sekeluarga , mbak Eva sekeluarga dan mas Pinot.

gambar kupatnya dapet melorot tanpa ijin (ijin belakangan) dari dari sini