waha Oase AzfaazfA

Sebuah nama yang sangat bagus, Khairunnisa yang artinya sebaik-baiknya perempuan. Tentunya bagi yang mempunyai nama itu atau yang memberikan nama itu berharap bahwa pemiliknya akan menjadi sebaik-baiknya perempuan yang menjadi contoh bagi yang lainnya.

Khadijah, Aisyah, Fatimah, Asiya, Maryam, dan masih banyak lagi nama-nama yang sering kita baca dan dengar dalam sejarah yang patut mendapat gelar Khairunnisa., telah terbukti menjadi contoh bagi perempuan sejagad, dalam segala bidang kehidupan mereka.

Saya teringin berceloteh tentang Khairunnisa ini, ketika membaca sebuah berita di Turki, tentang sebuah masjid indah yang didesign oleh seorang perempuan. Designer/arsitek perempuan sudah menjadi hal yang jamak dan tidak asing dalam dunia modern, tapi menjadi designer sebuah masjid, mungkin belum ada sampai bulan lalu, ketika seorang Zainab Fadhil Oglu (Zeynep Fadillioglu), menjadi perempuan pertama yang mendesign sebuah masjid di Istanbul Turki. Masjid Sakirin itulah nama masjid yang pertama diarsiteki oleh Zeynab, yang selanjutnya sudah mendapatkan kontrak untuk mendesign masjid-masjid lainnya. (http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/europe/7985351.stm)

Bukan Zeynab, bukan juga masjid Sakirin yang menjadi bahasan saya kali ini, karena itu saya tidak akan meneruskan topik tentangnya, kalau diteruskan bisa-bisa jadi sebuah buku nanti, tapi seperti saya sebutkan diatas, note ini tentang Khairunnisa, bukan cuma satu, tapi dua Khairunnisa. Yang pertama yaitu Khairunnisa Gul (Hayrünnisa Gül) Istri presiden Turki Abdullah Gul. Dan yang kedua, yaitu Khairunnisa, kelompok pengajian perempuan di Kuwait yang baru saja memilih ketua barunya.


Hayrünnisa Gül.
Sejak terpilihnya Abdullah Gul sebagai presiden Turki, berita tentang first lady Turki ini selalu menghiasi kolom-kolom koran bukan hanya di Turki saja, tapi juga sempat menjadi pembahasan dihampir semua koran-koran dunia. Semua sisi kehidupannya menjadi pembahasan, terutama yang berkait dengan jilbabnya.
Hal itu karena persepsi yang umum bahwa Turki adalah negara sekuler plus kuatnya dominasi kekuasaan militer yang terkenal paling garang dengan jilbab, mengharamkan pemakaiannya disemua instansi resmi, kantor-kantor pemerintahan, kuliah dan sekolah-sekolah.

Ternyata image Turki sebagai negara sekuler seperti diatas, tumbang ketika Hayrünnisa dengan jilbabnya membuka pintu Çankaya Köşkü (nama Istana kepresidenan Turki) dengan terpilihnya sang suami Abdullah Gul sebagai presiden Turki, dan membobol benteng sekulerisme yang telah terjaga dari jilbab sejak era Ataturk tahun 1920an. Meskipun ketika dalam acara-acara resmi kenegaraan Hayrünnisa tetap menghindari masalah frontal dengan barisan sekuler yang mungkin dihadapi suaminya bila ia bersikeras hadir dengan memakai jilbab, dan memilih tidak menghadirinya, seperti acara pengambilan sumpah presiden dan ramah tamah presiden baru yang ia dan anak perempuannya yang berjilbab absen didalamnya.
Kisah Hayrünnisa dengan jilbab bukanlah hal baru, jilbablah salah satu hal yang ditengarai menyebabkan ibu Negara ini hanya lulus SMA saja, dan bahkan sempat DO tidak menyelesaikan SMAnya lebih dari 17 tahun, dan baru mendapatkan ijazah SMAnya tahun 1997.

Walau hanya lulus SMA, bukan berarti Hayrünnisa mengabaikan pendidikannya, selama 17 tahun lebih tidak duduk di bangku sekolah, dia tetap menambah pengetahuannya dengan pendidikan jarak jauh dan juga kursus-kursus, sehingga dia mahir berbicara dengan bahasa Arab Inggris selain bahasa ibu Turki.
Setelah mendapatkan ijazah SMA tahun 1997, Hayrünnisa kembali lagi ingin menikmati kerasnya bangku sekolah, dan mendaftarkan diri di kuliah sastra Universitas Ankara, tapi ternyata nasib belum berfihak padanya, dengan alasan Jilbab ia yang tidak mau melepaskan Islamic Veilnya kembali ditolak masuk kuliah yang masih melarang keberadaaan jilbab. Dengan beberapa koleganya yang mengalami nasib sama, pada tanggal 9 september 1998 Hayrünnisa mengajukan gugatan ke Mahkamah HAM Eropa tentang keputusan pemerintah Turki yang melarangnya masuk kuliah.

Meskipun akhirnya keputusan Mahkamah memenangkan pemerintah Turki, semangat menuntut ilmu Hayrünnisa tidak padam, ia dalam komentarnya berkata: "Kalau masalah ini (jilbab) sudah selesai, saya akan masuk kuliah meskipun mungkin waktu itu usia saya akan sudah uzur". Dan ia tidak ingin nasib yang menimpanya terulang pada anak-anaknya, karena itu sekarang anak-anaknya sudah selesai kuliah dan salah satunya yang bernama Kubro adalah seorang insinyur sipil yang taat berjilbab, meskipun ketika masa kuliah di Ankara ia terpaksa memakai wig rambut diatas jilbabnya.

Perkumpulan Pengajian Khairunnisa
Cerita tentang Zeynep Fadillioglu yang menjadi pendobrak dominasi laki-laki dalam dunia arsitektur masjid, dan Hayrünnisa Gül yang membuka benteng Çankaya Köşkü dengan jilbabnya, serta kegigihannya dalam menuntut ilmu, saya harap bisa menjadi pembuka yang pas sebelum kita melangkah lebih jauh berbicara tentang Perkumpulan Pengajian Khairunnsa, karena kalau saya lihat dari diskripsinya yang ada di yahoogroups perkumpulan pengajian ini mempunyai misi mulia yang selaras dengan cerita Zeynep Fadillioglu dan Hayrünnisa Gül yaitu: Membentuk wanita muslimah yang berakhlak terpuji dan berilmu, serta membangun citra positif wanita Indonesia khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Sejak terbentuk pertama kali pada januari 2005, Khairunnisa telah berkembang dengan pesat baik dari sisi jumlah anggota maupun kegiatannya. Jumlah anggota aktifnya sekarang sekitar 40 orang ditambah anggota tidak aktif menjadi total 60 lebih. Dalam hal kegiatan, selain pengajian mingguan yang berisi ceramah dan diskusi tentang Al Qur'an dan materi keagamaan lainnya, perkumpulan ini juga mempunyai event-event tahunan dan agenda-agenda lainnya yang selain membawa manfaat bagi anggotanya juga bagi masyarakat pada umumnya.

Karakteristik
Mayoritas anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga yang fulltime dirumah dan punya banyak waktu luang khususnya di pagi hari. Hampir semuanya mempunyai latar belakang pendidikan yang baik (well educated), ditambah dengan mapannya ekonomi keluarga sehingga akses informasi menjadi mudah juga, baik secara langsung melalui media massa, internet (hampir semuanya adalah facebooker..), maupun tidak langsung dari aktifitas-aktifitas diskusi seminar dan yang lainnya. Meskipun ada sebagian yang hanya mengakses informasi dunia hiburan (entertainment), berita selebritis, info fashion dan kecantikan, perkembangan film, sinetron dan berita-berita gosip para artis.

Sebagian dari anggotanya sebelum ke Kuwait adalah wanita-wanita karir dalam berbagai bidang, seperti bisnis, pendidikan, jurnalistik dan bidang-bidang lainnya. Sebuah background yang membuat mereka mempunyai banyak pengalaman yang berharga.

Mudahnya arus informasi dan beragamnya pengalaman yang dipunyai anggota Khairunnisa, berpengaruh pada cara berfikir mereka, sehingga banyak dari mereka bukan hanya ibu-ibu dapur saja, tapi perempuan-perempuan yang berfikiran kritis dan rasional, mempunyai wawasan luas, menyimpan ide-ide dan gagasan-gagasan brilian dan potensi positif lainnya.

Meskipun sebagian yang lain adalah ibu-ibu dengan orientasi berpikir kerumahtanggaan yang sempit, maksudnya, yang penting rumah beres, anak-anak nyaman suami senang, sedang keikutsertaan mereka pada perkumpulan semacam Khairunnisa hanyalah wadah untuk kumpul-kumpul dan gaya hidup saja, dengan tingkat partisipasi yang minim, cenderung pasif dan miskin inisiatif.

Disinilah Khairunnisa mempunyai peran vital, dalam penyaluran aspirasi, potensi dan ide-ide dari kelompok pertama, yang kalau tidak tersalurkan malah mungkin akan menyumbat dan membuat tumpul pikiran. Sedangkan bagi kelompok kedua ia mempunyai peran mengasah dan menimbulkan kecerdasan cara berfikir dan memandang masalah, sehingga bisa menjadi seperti kelompok pertama.

Emosi
Meskipun terkesan sebagai isu gender, tapi stereotype bahwa perempuan lebih mengedepankan emosi daripada rasional atau bahwa mereka lemah dalam menata emosi, bahwa mereka lebih nyaman dalam mengungkapkan emosi, dan mereka sering membaca petunjuk-petunjuk nonverbal, ternyata memang terbukti dilapangan (di organisasi Khairunnisa), kalau bahasanya mas Ananta: "Ibu-ibu itu banyak intriknya". Iya intrik-intrik pribadi yang berawal dari emosi dan dibawa-bawa dalam perkumpulan. Sudah biasa saya dengar cerita ibu-ibu yang telepon berjam-jam sambil menangis ngomongin tentang Khairunnisa, atau salah faham karena ada yang menggerakkan salah satu anggota badannya secara alami seperti kerlipan mata atau refleksi tangan, tapi dianggap oleh yang lain sebagai isyarat negatif yang menimbulkan su'udzon, atau karena sebuah email yang kalau dibaca dengan hati jernih mungkin isinya biasa saja, tapi dianggap terlalu personal oleh sebagian yang lain sehingga dibalas dengan bahasa yang kasar, dan masih banyak contoh kasus-kasus lainnya yang banyak berhubungan dengan penataan emosi.

Emosi-emosi yang merupakan antitesis dari rasional seperti rasa marah, benci, takut, gembira dan yang lainnya adalah hal manusiawi, yang bila dimenej dengan baik akan menjadi bahan bakar organisasi yang membuatnya berjalan lancar, tetapi bila tidak ditata dengan baik, maka sebaliknya menjadi bahan peledak yang bisa memporak-porandakannya. Dikatakan bahwa dengan emosinya, maka perempuan dalam berorganisasi lebih memperhatikan orang, cenderung lebih kooperatif dengan orang-orang sekitarnya, dan mengikutsertakan semua anggota dalam pengambilan semua keputusan, hal ini bila dilaksanakan adalah hal positif dan sesuai dengan salah satu ciri managemen organisasi modern yang mengadopsi manajemen bergaya kelompok kerja yang lebih bisa meningkatkan efektifitas.

Majemuk
Khairunnisa adalah sebuah perkumpulan majemuk, meskipun telah kita sebutkan banyak anggotanya yang mempunya persamaan karakteristik, tapi tidak bisa kita pungkiri bahwa semua anggotanya adalah personal-personal dengan masing-masing karakter dan latarbelakang yang berbeda-beda, dan juga masing-masing anggota, selain menjadi anggota komunitas Khairunnisa, adalah anggota komunitas lainnya, baik itu komunitas berdasarkan profesi atau profesi suami, tempat tinggal, hobby kesamaan pandangan politik sosial dan lainnya.

Tidak mungkin terjadi kesamaan semua orang dalam semua hal, masing-masing mempunya kelebihan dan kekurangan. Beberapa personal mempunyai kelebihan-kelebihan yang menonjol, kelebihan itu bisa berupa apa saja, bisa materi dan fisik, kedudukan/jabatan profesi dan sosial keluarga (suami), keahlian tertentu (memasak, menjahit dll), sifat tertentu (keramahan, kecakapan berbicara, keluasan wawasan dll), dimana kelebihan-kelebihan ini berpotensi untuk menjadikannya sebagai simpul yang ditokohkan bagi yang lainnya, sehingga mereka terikat disekelilingnya, keterikatan itu bisa dalam bentuk perkumpulan fisik seperti ketemu makan-makan bareng, melakukukan hobby bareng, ngrumpi bareng, atau bisa jadi hanya keterikatan emosi saja, dimana kalau simpulnya ditarik kebarat maka yang lainnya juga ikut.

Kemajemukan anggota Khairunnisa ini, adalah hal yang sangat bagus dan akan memperkaya kerja dan program-programnya, satu sama lainnya saling mengisi. Selain itu, wujudnya personal-personal yang menjadi simpul yang ditokohkan juga hal yang sehat dalam sebuah perkumpulan modern, dimana tidak tersentral dan tergantung pada satu tokoh saja, tapi lebih bertumpu kepada kelompok-kelompok kerja terkoordinasi yang produktif. Kalau kita ingin ilustrasikan adalah ibarat jala dan sapu lidi, jala adalah kumpulan dari sekian banyak tali-tali yang terikat dengan simpul-simpul dipinggirnya dan menjadi satu ditangan pelayan, sedangkan sapu lidi juga adalah kumpulan dari banyak lidi tetapi terikat dangan satu simpul saja. Sebuah jala bila salah satu simpul pinggirnya ada yang rusak, jala itu akan tetap bisa dipakai, meskipun dengan kapasitas yang berkurang, tetapi kalau sebuah sapu lidi yang simpulnya hanya satu dan terlepas, maka sapu itu tidak bisa digunakan.

Akan tetapi selain menjadi unsur pengaya, kemajemukan bisa juga menjadi potensi destroyer bagi Khairunnisa, keterlambatan adaptasi dan memahami karakteristik masing-masing person bisa mengganggu proses kebersamaan, selain itu simpul-simpul yang ada juga bisa membuyarkannya kesatuan, bila terjadi persaingan dan perebutan pengaruh personal dengan tidak sehat maka bisa menyebabkan suasana menjadi tidak kondusif dalam perkumpulan, apalagi kalau persaingan itu sebenarnya terjadi diluar koridor perkumpuan, tetapi dibawa-bawa masuk kedalamnya, sehingga bisa membuat tidak nyaman yang lain.

Komunikasi
Komunikasilah yang bisa menjadi kunci yang bisa membuka keruwetan-keruwetan dan masalah-masalah yang terjadi dalam perkumpulan,baik itu yang disebabkan emosi, kemajemukan karakter atau yang lainnya. Komunikasi yang baik mutlak diperlukan untuk memperlancar semua aktifitas dan kegiatan-kegiatan perkumpuan.

Untuk komunikasi antar anggota, saya rasa Khairunnisa sangat baik, hampir setiap hari antar anggotanya saling bertemu dan menyapa, meskipun hanya lewat dunia maya saja (facebook), sehingga hampir semua hal yang menyangkut perkumpulan akan cepat tersosialisasi antar anggota.

Selain komunikasi yang baik sesame anggota, Khairunnisa juga perlu menjalin komunikasi yang baik dengan perkumpulan dan organisasi lain. Di Kuwait ini selain Khairunnisa ada beberapa perkumpulan sejenis yang beranggotakan perempuan saja, seperti Dharma Wanita, perkumpulan Al-Husna di Reggei dan sekitarnya, Pengajian Al-Kautsar di Manggaf, Pengajian ibu-ibu Jahra dan sekitarnya, selain ada organisasi-organisasi kemasyarakan lain yang tidak khusus kaum perempuan

Komunikasi yang tidak terjalin deangan baik bisa mengakibatkan salah faham, buruk sangka, persaingan yang tidak baik dan hal negatif lainnya. Kalau mau dicari-cari titik perbedaan pasti akan didapat banyak point-point, tetapi dari pada ngurusin titik-titik yang malah bisa memperkeruh suasana, lebih baik mencari titik-titik persamaan yang dari situ bisa dirajut benang-benang persahabatan, kerjasama, sehingga banyak program yang dilakukan bersama atau saling melengkapi, bukan malah saling berebut pengaruh dan nama.

Epilog
Pada akhirnya, saya berharap dengan terpilihnya ketua dan kepenguruan baru Khairunnisa, semoga bisa terealisasi program-program dan visinya yang baik: Membentuk wanita muslimah yang berakhlak terpuji dan berilmu, serta membangun citra positif wanita Indonesia khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
Saya bukan anggota Khairunnisa, jadi insyaAllah penilaian saya tidak ada yang personal dan mudah-mudahan objektif, tetapi kalaupun merasa ada yang tersinggung saya mohon maaf.

Terima kasih..
Noor.a

Ps:
Pak Ananta quotenya saya comot dengan semena2 nih… ijin belakangan yah